Pantun Pembuka:
Bunga mawar mekar berseri,Dihembus angin harum baunya;Tuhan dicari sepanjang hari,Namun sebenar-Nya dekat di jiwa.
Di antara ribuan bintang yang berkilau,
Di tengah desir angin malam yang dingin,
Pernahkah engkau bertanya dalam sunyi:
Ia tidak terlihat oleh mata,
Tidak teraba oleh tangan,
Tidak terdengar oleh telinga dunia.
Namun setiap detak jantungmu adalah saksi keberadaan-Nya.
Setiap hela napasmu adalah bukti cinta-Nya yang tak pernah pergi.
Allah Itu Ada: Wujud-Nya Nyata Bagi Hati yang Percaya
Dalam ilmu tauhid, sifat pertama dari 20 sifat wajib bagi Allah adalah "Wujud", yang artinya Ada.
Tidak mungkin Tuhan itu tidak ada — sebab jika tidak ada, siapakah yang menciptakan alam semesta yang luas ini?
Langit yang terbentang, bumi yang teguh, jiwa yang hidup — semua menunjuk kepada Sang Pencipta: Al-Khāliq.
Sebagaimana dikisahkan dalam perjalanan spiritual Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam,
Ia menatap bulan yang indah di malam hari, lalu berkata, “Inilah Tuhanku.”
Namun ketika pagi datang dan bulan menghilang, ia berkata,
“Ini tidak mungkin Tuhanku.”
Lalu ia melihat matahari bersinar gagah di siang hari,
dan berkata, “Inilah Tuhanku — karena ini lebih kuat.”
Namun malam pun datang, dan matahari itu hilang ditelan gelap.
Maka Nabi Ibrahim berpikir dan menyimpulkan:
“Yang menciptakan semua ini — Dialah Tuhan yang sebenarnya.”
Tuhan telah memperkenalkan diri-Nya kepada kita melalui nama-nama-Nya yang indah:
Asmaul Husna. Dan salah satunya adalah Al-Khāliq — Sang Pencipta.
Kita mengenal Allah bukan semata karena akal,
Tetapi karena Allah sendiri yang mengakui diri-Nya dalam wahyu-Nya.
Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Thaha ayat 14:
"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku."
🌸
Lalu, bagaimana mungkin kita mengenal Tuhan —
jika sholat pun enggan kita dirikan?
Bagaimana jiwa akan merasa dekat,
Jika ia tak pernah menyapa-Nya dalam sujud yang khusyuk?
Tuhan Tidak Jauh. Kita yang Sering Berlari.
Ada yang mencari Tuhan di puncak gunung tinggi,
Ada yang mencarinya di dasar laut terdalam,
Ada pula yang bertanya dalam gundah:
"Mengapa Tuhan sembunyi?"
Namun ketahuilah,
Tuhan tidak jauh darimu.
Ia lebih dekat dari urat lehermu.
Sedekat doa yang terbisik lirih,
Sedekat air mata yang jatuh tanpa suara di atas sajadahmu.
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat."(QS. Al-Baqarah: 186)
Mata Tak Melihat, Tapi Hati yang Merasa
Tuhan tak terlihat oleh mata,
Tapi dikenali oleh hati yang bersih,
Disapa oleh jiwa yang merendah,
Dipeluk oleh ruh yang rindu.
Bukan mata ini yang kurang,
Tetapi hatilah yang sering terselubung debu dunia.
Bukan Tuhan yang jauh,
Tetapi kita yang terlalu sibuk mengejar bayang-bayang.
Temukan Tuhan Dalam Sujudmu
Carilah Tuhan —
Bukan di keramaian dunia,
Tetapi dalam keheningan sujudmu.
Bukan di balik gemerlap dunia,
Tetapi dalam bening air matamu yang jatuh karena cinta kepada-Nya.
Ia ada.
Ia dekat.
Ia setia.
Selama kau mencari dengan keikhlasan,
Selama hatimu mengetuk dengan penuh pengharapan,
Pasti akan ada jawab:
Bisikan lembut dalam jiwa:
"Aku di sini. Aku selalu di sini bersamamu."
"Bumi dan langit bersaksi pada tiap ruku’mu,Angin dan hujan menjadi saksi tiap doamu,Maka, bagaimana mungkin Tuhan yang penuh cinta itu meninggalkanmu?"
Penutup: Sebuah Perjalanan Menuju Cinta Ilahi
Mencari Tuhan bukanlah perjalanan dengan langkah kaki,
Tetapi perjalanan meniti jalan hati.
Bukan dengan melihat,
Tetapi dengan merasakan dan mengimani.
Semoga kita menjadi hamba yang tidak pernah lelah mencari,
Hingga akhirnya, dalam sunyi dan dalam ramai,
Kita berbisik dalam jiwa:
"Tuhan, aku telah menemukan-Mu — di dalam diriku sendiri."
اللهم اجعلنا من عبادك المحسنين
Pantun Penutup:
Malam sunyi bertabur bintang,Hening jiwa mencari cahaya;Tuhan dekat jangan bimbang,Dalam sujud jumpa bahagia.
0 Comments