✨ Menyikapi Film "Bidaah": Agama Bukan Tameng Hawa Nafsu ✨

Berkibar kain di tiupan bayu,
Tak semua gerak itu tanda maju,
Agama suci tak layak dinodai,
Hawa nafsu bukan dalil suci.

Baru-baru ini, sebuah film berjudul "Bidaah" dari Malaysia menghebohkan perbincangan publik.
Tokoh utamanya, Walid, digambarkan sebagai sosok berpenampilan ustaz yang:

  • Menikahi hingga delapan wanita,
  • Menggunakan dalil-dalil agama untuk membenarkan poligaminya,
  • Namun perilaku dan niatnya sarat dengan penyimpangan moral.

Film ini menjadi kritik pedas terhadap penyalahgunaan agama untuk memuaskan hawa nafsu, sekaligus memperingatkan umat tentang pentingnya memahami ajaran Islam secara lurus dan jernih.


🌿 Islam Menjunjung Kesucian, Bukan Penyimpangan

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Poligami dalam Islam bukanlah hawa nafsu liar yang dibungkus agama.
Islam membolehkan poligami dalam batasan yang sangat ketat:

  • Harus adil di antara para istri,
  • Harus mampu secara lahir dan batin,
  • Bertujuan mulia: menjaga kemaslahatan sosial.

Allah berfirman:

"...Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka (nikahilah) satu saja..."
(QS. An-Nisa: 3)

Poligami itu syariat,
tetapi menggunakannya untuk memuaskan syahwat — apalagi dengan ketidakadilan — adalah bentuk pengkhianatan terhadap syariat itu sendiri.


 


Penyalahgunaan Agama: Luka Bagi Umat

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Ketika agama digunakan:

  • Untuk memperdaya,
  • Untuk memuaskan hawa nafsu,
  • Untuk merampas hak orang lain,

Maka citra Islam tercoreng di mata dunia.
Muncullah stigma: seolah agama membolehkan kezaliman atas nama dalil.

Padahal Islam adalah:

  • Agama keadilan,
  • Agama rahmat,
  • Agama kehormatan terhadap perempuan dan keluarga.

Film "Bidaah" — meski ada sisi berlebihan dalam dramatisasinya — tetap menjadi cermin: bahwa kita harus selalu mewaspadai oknum yang menyalahgunakan simbol agama untuk tujuan rendah.



❤️ Menjadi Muslim Sejati: Menjaga Agama dari Tangan Jahil

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Islam mengajarkan umatnya untuk:

  • Mengambil ilmu dari sumber yang benar,
  • Meneladani akhlak Rasulullah,
  • Beramal dengan niat yang suci.

Bukan mengikuti siapa pun hanya karena tampilan lahiriah tanpa meneliti ilmu dan akhlaknya.

Nabi bersabda:

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."
(HR. Ahmad)

Artinya: kedalaman akhlak adalah indikator utama kesalehan, bukan sekadar gelar, serban, atau pidato.


Penutup: Islam Itu Cahaya, Bukan Topeng Nafsu

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Bersinar rembulan di malam kelam,
Tak luntur indahnya walau dihujat malam,
Islam tetap suci, takkan tercemar,
Walau manusia berbuat tercela dan kelam.

Film "Bidaah" mengingatkan kita:
Agama ini murni dan suci.
Yang harus kita jaga adalah memurnikannya dari tangan-tangan kotor yang ingin menodainya demi dunia.

Sebagai Muslim, tugas kita:

  • Menjadi contoh yang lurus dalam beragama,
  • Meluruskan persepsi keliru dengan ilmu dan akhlak,
  • Menjaga agar agama tidak jadi alat keserakahan.

Semoga Allah menanamkan kepada kita rasa takut kepada-Nya dalam setiap langkah, dan menjaga kemurnian niat dalam beragama.

"Ya Allah, peliharalah kami dari fitnah dunia, dan teguhkanlah kami di atas jalan kebenaran."
Aamiin.


0 Comments

🏠 Home