📍 Lokasi: Musholla Al Ikhlas, Jln. Swadaya, Bukit Batrem, Dumai
🗓️ Hari/Tanggal: Jumat, Idul Adha 1446 H / 2025 M
DUMAI – Di tengah semarak peringatan Hari Lahir Pancasila yang digelar Pemerintah Kota Dumai pada Senin, 2 Juni 2025, hadir sosok penuh keteladanan: Ustadz H. Samsul Hilal, Ketua Banom Mubalig Mubaligh Dewan Masjid Indonesia (DMI) Dumai. Kiprahnya dalam dakwah kini berpadu dengan komitmennya untuk menjaga keutuhan bangsa melalui nilai-nilai luhur Pancasila.
Suasana khidmat dan haru menyelimuti Masjid Nurul Islam Bangsal Aceh pada Jumat ini. Ratusan jamaah memenuhi ruang utama masjid, menyimak khutbah yang disampaikan oleh Ustadz H. Samsul Hilal—sebuah khutbah yang mengetuk hati, mengingatkan akan hakikat qurban yang seringkali dilupakan: ketundukan kepada Allah, dan kepedulian terhadap sesama.
📍 Masjid Jamì' Nurul Jannah, Jl. Cut Nyak Dien RT. 004, Kelurahan Bangsal Aceh, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai
🗓️ Jumat, 23 Mei 2025
👤 Pemateri:
Ustadz H. Samsul Hilal
📌 Ketua Banom Mubaligh Mubaligh
🕌 Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Dumai
📱 HP / WA: 0852-1637-1809
🌙✨ KAJIAN SPIRITUALITAS MUSLIMAH
📍 Musholla Ar-Ridho Bukit Batrem, Dumai
🗓️ Senin, 19 Mei 2025
Ustadz H. Samsul Hilal
📌 Ketua Banom Mubaligh Mubaligh
🕌 Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Dumai
📱 HP / WA: 0852-1637-1809
🗓️ Minggu, 11 Mei 2025 | Pukul 14.00 WIB
📍 Perwiritan Jalan Cermai – Pengkalan Sena
🎯 “Kiat-Kiat Meraih Hidup Tenang dan Bahagia”
Ustadz H. Samsul Hilal
📌 Ketua Banom Mubaligh Mubaligh
🕌 Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Dumai
📱 HP / WA: 0852-1637-1809
Ustadz H. Samsul Hilal
Ketua Banom Mubaligh Mubaligh
Dewan Masjid Indonesia Dumai
📱 HP / WA: 0852-1637-1809
Udara siang yang hangat di hari Jumat membawa keberkahan tersendiri bagi para jamaah ibu-ibu Masjid Al-Muhajirin, Bukit Batrem.
Tepat pukul 14.00 WIB, masjid yang terletak di jantung masyarakat ini menjadi saksi digelarnya perwiritan rutin, yang kali ini mengangkat tema:
🕋 “Memenuhi Ibadah Haji”
Sebuah tema yang menyentuh dan menggugah semangat keislaman para jamaah.
Budaya Melayu bukan sekadar pakaian di badan atau petatah dalam lisan. Ia adalah jiwa yang hidup dalam budi pekerti, maruah dalam perilaku, dan halus dalam tutur yang membina, bukan meruntuh. Marwah Melayu itu tinggi bukan kerana gah bicara, tetapi kerana lembut bahasanya menjunjung hikmah, dan tenang geraknya menatang nilai.
Buku ini tidak ditulis untuk mendabik dada, tetapi untuk mengajak kembali menoleh: Siapakah kita tanpa budaya? Di mana letaknya marwah jika akar tak lagi dikenang? Pada aksara ini, hamba titipkan suara hati tentang warisan yang makin hilang, nilai yang makin kabur, dan tanggungjawab kita sebagai anak watan untuk menjaga pusaka
Di sebuah kota kecil, hidup seorang anak bernama Zaid.
Usianya baru delapan tahun, tubuhnya mungil,
tetapi hatinya telah penuh dengan keimanan dan keyakinan kepada Allah.
Setiap hari, Zaid membantu ibunya berjualan kain di pasar.
Di sela kesibukannya, ia tak pernah lupa mengerjakan shalat di waktu-waktu yang tepat,
bahkan ketika teman-temannya sibuk bermain.
Dumai, 28 April 2025 - Fisabilillah Institute
Setiap pagi sebelum berangkat bekerja, ia selalu mencium tangan ibunya dan berkata:
"Ibu, doakan Salim agar hari ini membawa kebaikan."
Ibunya selalu menjawab dengan lirih:
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ada seorang pemuda miskin yang hidup serba kekurangan.
Setiap hari, ia bekerja keras, namun hasilnya hanya cukup untuk membeli sepotong roti.
Suatu hari, saat ia baru saja membeli roti dengan sisa uang terakhirnya, datanglah seorang pengemis tua yang berkata:
"Wahai anak muda, aku belum makan sejak kemarin. Berilah aku sesuatu yang bisa menguatkan tubuhku."
Embun pagi membasahi dedaunan,
Burung berkicau di taman nan damai,
Masjid tempat membina keimanan,
Menjaga umat dari keruntuhan akhlak yang ngeri.
Di tengah derasnya arus globalisasi dan badai hedonisme,
masjid seharusnya tampil kembali ke panggung utama:
sebagai benteng moral, penjaga akhlak, dan cahaya peradaban umat.
Di kala senja redup berseri,
Burung berterbangan pulang ke sarang,
Dakwah bukan kerja sendiri,
Berjamaah kunci menuju kejayaan gemilang.
Mentari terbit di ufuk pagi,
Menerangi bumi, menyejukkan hati,
Sunnah Nabi cahaya abadi,
Penuntun jalan menuju Ilahi.
Bicara tentang sunnah, banyak orang membayangkan shalat sunnah, memanjangkan janggut, atau berpakaian ala Arab.
Berkibar kain di tiupan bayu,
Tak semua gerak itu tanda maju,
Agama suci tak layak dinodai,
Hawa nafsu bukan dalil suci.
Baru-baru ini, sebuah film berjudul "Bidaah" dari Malaysia menghebohkan perbincangan publik.
Tokoh utamanya, Walid, digambarkan sebagai sosok berpenampilan ustaz yang:
Pertanyaan tentang hubungan antara Islam dan politik sering muncul di tengah dinamika zaman. Sebagian bertanya:
Embun pagi menetes di ujung dedaunan,
Mentari perlahan menebar kehangatan,
Islam hadir bagaikan cahaya kebenaran,
Membawa rahmat untuk seluruh alam.
Islam bukan sekadar agama bagi sekelompok manusia. Ia adalah rahmat — kasih sayang ilahi — yang dipancarkan untuk seluruh alam semesta: manusia, hewan, tumbuhan, bahkan seluruh makhluk yang bernyawa dan tidak bernyawa.
Islam datang bukan untuk membebani, melainkan untuk menyelamatkan, menghidupkan, dan memuliakan.
Mentari pagi bersinar lembut,
Mengantar takbir ke relung kalbu,
Dua hari raya datang bersahut,
Membawa bahagia yang suci dan syahdu.
Dalam perjalanan hidup seorang Muslim, Allah menghadiahkan dua hari raya yang penuh makna dan keberkahan: Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Bukan sekadar hari untuk bersenang-senang, kedua hari ini adalah momentum suci untuk memperbarui hubungan — dengan Allah, sesama manusia, dan diri sendiri.